Dalam lingkungan kerja kita dapat menemukan adanya kolega yang berusaha mendapat nilai bagus di kantor dengan cara yang tidak baik. Mulai dari menjilat atasan, buang kerjaan, menguasai spotlight sendirian, bahkan hingga menjatuhkan orang lain.
Adanya praktik buruk yang tidak sehat membuat saya bertanya-tanya, kenapa sih praktik kompetisi dengan cara tidak sehat ini terus dibiarkan oleh kantor? Apa bagusnya?? Namun mendadak terpikir oleh saya, bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya? Bagaimana kalau tidak ada kompetisi di kantor?
Bagaimana kalau pekerjaan, tanggung jawab, hingga kenaikan gaji semua sudah ditentukan sedari awal kerja hingga pensiun.
Apa yang terjadi?
Tidak ada yang namanya kompetisi, tidak ada persaingan.. Mau kerja rajin, kerja brilian, akan tetap sama gajinya dengan yang kerja malas. Kenaikan dan penempatan semua sudah diatur dari awal hingga pensiun, adil sama rata Tanpa ada nya insentif bagi yang inovatif, yang bekerja lebih keras, lebih pintar dapat dipastikan akan membuat orang menjadi demotivasi.
Ketika berpikir tentang kondisi yang serba diatur seperti ini saya menjadi terbayang perekonomian seperti apa yang terjadi pada negara sosialis murni yang semua sudah ditentukan, dibatasi. Sebaliknya, kompetisi yang terjadi di kantor mengingatkan saya pada bagaimana ekonomi dunia saat ini bekerja termasuk Indonesia, pasar bebas, persaingan bebas!!
Yang membuat orang berkompetisi untuk menjadi pemenang, memenangkan pasar. Menciptakan efisiensi dan nilai tambah baru. Menciptakan produk terbaik dari kualitasnya dan harga. Sehingga menciptakan orang-orang super kaya bagi jawara-nya. Contoh saja Jeff Bezos, Elon Musk, Tadashi Yanai dan lainnya..
Tapi tidak ada gading yang tak retak. Akan selalu ada sisi buruknya yang menyertai. Namun kekurangan itu tidak akan menutupi kebaikan yang diberikan. Baik persaingan bebas dalam ekonomi maupun persaingan dalam dunia kerja menciptakan Sang Pemenang dan Si Pecundang dengan caranya yang berbeda-beda. Dengan cara kerja keras, kerja inovatif, kerja curang, ataupun kerja malas.
Kondisi ini membuat saya menyadari persaingan ini memberikan kebaikan walaupun memiliki sisi buruknya. Bekerja keras belum tentu menghasilkan, bekerja culas bisa jadi lebih efektif, ataupun sebaliknya.. Tidak ada yang melarang dalam persaingan bebas ini, kita bebas memilih.
Jadi kalian mau yang cara apa?