Fototerapi adalah jenis terapi medis yang menggunakan sinar ultraviolet (UV) untuk mengobati berbagai penyakit kulit dan kondisi terkait. Terapi cahaya ini telah digunakan selama puluhan tahun dan terbukti efektif dalam mengurangi gejala beberapa kondisi kulit yang kronis dan merespons kurang baik terhadap pengobatan konvensional. Berikut adalah pengenalan tentang fototerapi, termasuk jenis sinar UV yang digunakan, cara kerjanya, serta penyakit kulit yang dapat diobati menggunakan terapi ini:
Jenis Sinar UV dalam Fototerapi:
- Ultraviolet A (UVA): Sinar UVA memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan menembus lebih dalam ke dalam kulit. Ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan obat sensitif cahaya (psoralen) dalam fototerapi PUVA (Psoralen Ultraviolet A).
- Ultraviolet B (UVB): Sinar UVB memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dan bertanggung jawab untuk sebagian besar efek merah pada kulit setelah terpapar sinar matahari. Terapi UVB dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu UVB-Narrowband (UVB-NB) dan UVB Broadband (UVB-B).
Cara Kerja Fototerapi:
- Memperbaiki DNA Kulit: Sinar UV dalam fototerapi bekerja dengan merangsang sel kulit untuk memperbaiki DNA mereka sendiri. Ini membantu mengurangi peradangan dan memperlambat pertumbuhan sel kulit yang tidak terkendali, yang seringkali merupakan karakteristik dari penyakit kulit tertentu.
- Mengurangi Peradangan: Fototerapi juga memiliki efek anti-inflamasi yang membantu mengurangi peradangan pada kulit. Ini membantu mengurangi gejala seperti kemerahan, bengkak, dan gatal yang sering terkait dengan kondisi kulit yang kronis.
- Membunuh Bakteri dan Jamur: Sinar UV memiliki sifat antimikroba yang dapat membantu membunuh bakteri dan jamur yang menyebabkan infeksi kulit, seperti pada psoriasis dan dermatitis atopik.
Penyakit Kulit yang Dapat Diobati dengan Fototerapi:
- Psoriasis: Fototerapi telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala psoriasis, termasuk plak kulit merah, tebal, dan bersisik.
- Dermatitis Atopik (Eksim): Terapi cahaya juga dapat membantu mengurangi peradangan dan gatal pada kulit yang terkena eksim.
- Vitiligo: Fototerapi PUVA atau UVB telah digunakan untuk mengembalikan pigmentasi kulit pada orang dengan vitiligo.
- Pemphigus: Terapi cahaya kadang-kadang digunakan sebagai bagian dari perawatan pemphigus, sebuah penyakit autoimun yang menyebabkan lepuh pada kulit dan selaput lendir.
- Lichen Planus: Fototerapi juga dapat membantu mengurangi gejala lichen planus, termasuk bintik-bintik ungu pada kulit dan selaput lendir.
Keuntungan Fototerapi:
- Efektivitas: Fototerapi telah terbukti efektif dalam mengobati banyak kondisi kulit yang kronis dan sulit diobati.
- Non-invasif: Fototerapi adalah metode non-invasif, yang berarti tidak ada operasi atau prosedur invasif yang terlibat.
- Beberapa Efek Samping: Dalam banyak kasus, efek samping fototerapi terkait dengan paparan sinar UV, seperti kemerahan atau kulit kering, dan umumnya bersifat sementara.
- Pilihan untuk Kasus yang Tidak Merespon Pengobatan Konvensional: Fototerapi seringkali merupakan pilihan terakhir bagi pasien dengan penyakit kulit yang tidak merespon dengan baik terhadap pengobatan konvensional.
Efek Samping Fototerapi:
- Kemerahan Kulit (Eritema): Ini adalah efek samping yang umum dari fototerapi, terutama setelah beberapa sesi perawatan.
- Kulit Kering atau Gatal: Beberapa orang mungkin mengalami kulit kering atau gatal setelah menjalani terapi cahaya.
- Peningkatan Risiko Kanker Kulit: Paparan berulang terhadap sinar UV dari fototerapi dapat meningkatkan risiko kanker kulit, terutama jika terapi dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
- Peningkatan Risiko Penuaan Kulit: Paparan sinar UV juga dapat menyebabkan penuaan kulit lebih cepat, termasuk munculnya keriput dan bintik-bintik penuaan.
Fototerapi adalah metode yang efektif dan relatif aman untuk mengobati berbagai penyakit kulit kronis dan kondisi terkait. Namun, seperti semua prosedur medis, penting untuk berkonsultasi dengan dokter Anda untuk menentukan apakah fototerapi adalah pilihan terbaik untuk kondisi kulit Anda dan untuk meminimalkan risiko efek samping.