Aset yang Bertumbuh dalam Kehidupan Manusia

Sering orang berpikir kelak ketika pensiun nanti hendak membuka usaha. Namun tahukah kalian keputusan mengambil risiko membuka usaha setelah pensiun tanpa pengalaman merupakan salah satu faktor yang sering menjadi penyebab amblasnya aset para pensiunan? Sementara disisi lain ada anak muda yang merasa taku tmengambil risiko, cenderung mencari aman, mau yang pasti-pasti saja, terus bertahan di zona nyaman. Tanpa disadari dia menjadi kehilangan banyak waktu untuk belajar dan menambah pengalaman yang menambah wawasan.

Orang bebas-bebas saja membuat pilihan. Tetapi apabila kita memperhatikan siklus yang akan dilalui setiap orang dalam hidupnya, keputusan yang diambil bukan merupakan tindakan yang bijak. Setiap tahun kita harap-harap cemas menjelang pengumuman kenaikan gaji. Maunya tumbuh double digit terus. Wajar, masih muda, lagi mati-matian berusaha mencapai level pertumbuhan yang optimal. Namun akan menjadi konyol bila disaat yang bersaman kita memilih berinvestasi di aset konservatif yang hanya memberikan imbal hasil 4% seperti deposito, bukankah sama saja tidak menghargai kerja keras kita sendiri?

Padahal kita sedang berada di fase wealth accumulation. Aset masihlah kecil, sementara waktu yang dimiliki masih sangat panjang. Seandainya gagal dan mengalami kerugian, untuk melakukan recovery aset di usia muda dengan pertumbuhan pendapatan aktif jauhlah lebih mudah. Berbeda ceritanya ketika kita sudah memasuki fase Wealth Preservation. Akumulasi aset yang kita miliki sudahlah besar, dan apabila kita mengambil risiko dan gagal, untuk recovery aset merupakan perkara sulit. Pertumbuhan pendapatan aktif sudah terbatas, atau tidak ada sama sekali ketika memasuki usia pensiun.

Belajar mengambil risiko memang tidaklah mudah. Baik dalam investasi, bisnis, atau pilihan lainnya. Namun dengan terus menunda hanya meningkatkan risiko yang tidak kelihatan. Waktu dan pengalaman itu priceless. Marilah kita gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Berani jatuh 7 kali untuk bangkit 8 kali. Sebenarnya pada dasarnya kegagalan itu tidak ada selama kita tidak pernah menyerah dan terus berjuang. Pada usia tua kita akan lebih menyesali sesuatu yang tidak berani kita ambil daripada keputusan yang kita ambil. Jadi bijaklah memilih dan mengambil keputusan.

Pertimbangkan Investasi Mulai Detik Ini Bagi yang Belum Mulai

“Saya belum bisa investasi, cicilan rumah saya belum lunas”. “Nanti aja investasinya kalau cicilan sudah lunas”. Selalu ingat teman-teman, alokasi cicilan itu idealnya 30-40% dari penghasilan. Coba kita pastikan lagi, apa tujuan investasi dari properti kita. Apakah untuk ditempati sendiri? Untuk disewakan? Atau untuk ditempati keluarga atau anak kelak?

Karena bila jawabannya untuk ditempati, maka tidak bisa dibilang investasi. Tidak ada pemasukan yang masuk kekantong kita kelak walaupun harga propertinya naik. Kan tidak mungkin rumahnya dijual seperempat. Mau nunggu lunas ? 10 – 15 tahun lagi dong, kapan investasinya? Yuk dipertimbangkan ulang alokasinya, supaya bisa investasi sejak dini.

Sering sekali orang mencari petunjuk IHSG mau keberapa. Lucunya banyak juga “guru” yang memberi petunjuk besok IHSG mau keberapa seperti orang buta menuntun orang buta. Tidak akan ada yang pernah tau besok IHSG mau keberapa. Pertanyaan yang lebih tepat, bagaimana potensinya kedepan? Seperti ketika kita beli rumah, apa kita tahu besok mau keberapa?

Kita tidak tahu besok harga rumah mau keberapa, tapi dengan akan adanya jalan tol, mall akan dibuka, maka potensinya bagus. Tidak ada bedanya dengan IHSG, bagaimana potensi pertumbuhan labanya , bagaimana rupiah, dsb. Dengan memahami faktor-faktornya baru kita ketahui IHSG potensinya bagaimana.

Investasi itu bukan ilmu sihir, dapat kita pahami dengan logika. Nah, kalau kalian tanya gimana potensi nya Sekarang? 2 tahun terakhir pertumbuhan laba lebih tinggi dari pertumbuhan harganya, masih ketinggalan nih indeksnya. IHSG ambles, Obligasi jatuh, gimana mau investasi kalau terjadi Perang Dagang antara AS dan China ini? Perang Dagang menganggu perdagangan dunia! Begitu argumennya bila kita membaca2 berita.

Teman-teman, di era digital ini yang terjadi itu terlalu banyak informasi yang membuat kita bingung. Termasuk dalam berinvestasi seperti disaham dan obligasi pemerintah. Namun Bila lautan informasi membuat kita takut ditambah kondisi yang tidak pasti, selalu ingatlah satu hal, nothing last forever. Koreksi itu hanya sementara, justru memberikan kita peluang yang mau berinvestasi jangka panjang, kesempatan mendapatkan investasi – investasi diharga diskon. Lagipula dalam jangka panjang pasar investasi selalu naik.